Halaman

Selasa, 25 Januari 2011

just my mind (part 3)

“Nad, aku menginap dirumahmu boleh ya?” Tanya Kesya saat bel pulang berbunyi. “Kok tumben, Sya? Biasanya kamu nggak pernah minta kalau aku nggak ngajak” tanyaku penasaran. Selama aku berteman dengan Kesya, dia nggak pernah seperti ini. “ya, nggak apa, Nad. Entar waktu jam malam aku certain ke kamu semuanya. Tapi kalau aku boleh nginap sehari saja. Yaya? Boleh kan?” Kesya menatapku dengan pandangan melas. Aku jadi nggak tega buat nolak. “iya iya. Boleh kok, rumahku itu selalu terbuka buat para teman-temanku. Tapi, kamu ijin orang rumah dulu ya.” Kataku seraya tersenyum pada sahabatku yang satu ini. Dan, Kesya pun juga tersenyum manis sekali.



Kalian belum kenalan sama Kesya ya? Sini aku kenalin. Kesya Arnata Rafika, dia adalah anak keturunan Indonesia Cina. Itu membuat kulitnya benar-benar putih bersih, dan matanya agak sipit. Rumahnya berada agak jauh dari rumahku. Tapi itu nggak berpengaruh, aku tetap sering main kerumah Kesya. Kakaknya yang bernama Nada meniru garis wajah orang Indonesia, tapi kak Nada tetap putih seputih Kesya. Mereka berdua sangat akur, terkadang aku iri karna aku ditakdirkan menjadi seorang anak tunggal. Papa dan Mama Kesya jarang pulang kerumah karna mengurus bisnis mereka yang ada di luar negri. Sekalinya mereka pulang, selalu saja ribut .Itu selalu membuat Kesya dan kak Nada sangat kesal. Bahkan mereka pernah berharap agar kedua orang tuanya tidak usah pulang, daripada bikin ribut dirumah. Disekolah, hampir semua kegiatan yang aku ikuti juga diikuti oleh Kesya seperti paduan suara, OSIS dan basket. Didalam organisasi OSIS, aku menjadi Sekretaris I dan Kesya menjadi Sekretaris II. Kami sangat kompak dalam hal apapun. Aku dan Kesya sudah jadi sahabat sejak SD. Sudah selesai kenalannya? Sekarang kita lanjut kecerita lagi.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku pun segera membereskan kertas-kertas soal latihan olimpiade matematikaku. “Jangan lupa anak-anak. PR mengarang itu harus dikumpulkan bulan depan” kata Bu Delia sambil berjalan keluar kelas. “Memangnya ada PR apa, Sya?” keningku mengkerut dan berusaha mengingat semua yang dikatakan Bu Delia tadi. “Makanya, jangan ngerjain soal matematika kalau lagi pelajaran bahasa. Jadi nggak nyambung kan?” kata Kesya mengingatkan. Aku hanya tersenyum sambil memamerkan deretan gigi putihku. “Membuat karangan berupa novel. Minimal 50 halaman dikumpulkan bulan depan.” Setelah mendengar tugas itu, aku hanya bengong. Membuat novel? 50 halaman? Apa? Gimana caranya? Gila tuh guru. Aku mendengus kesal dalam hati.

“SEMUA PENGURUS OSIS KELAS 10 DAN 11, DIHARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI RUANG OSIS SEKARANG JUGA. SEKALI LAGI, SEMUA PENGURUS OSIS KELAS 10 DAN 11, DIHARAPKAN SEGERA BERKUMPUL DI RUANG OSIS SEKARANG JUGA. TERIMAKASIH.” Terdengar suara ketua OSIS dari speaker sekolah.

“Ngantuk, sya. Pulang aja deh.” Aku memohon sambil menelungkupkan kedua tanganku.
“Rapat, Nad. Sekertaris harus tanggung jawab, Nadia. Ayo rapat” kata Kesya sambil menarik tanganku keluar kelas. Aku pun hanya bisa mengikuti kemana langkah kaki Kesya. Sesampainya di ruangan OSIS, hampir semua pengurus sudah berkumpul kecuali Kevin, sang wakil ketua. Aku tengak-tengok kanan kiri mencari sosok Kevin diruangan itu. Tapi aku tetap tidak menemukannya. “Baiklah, rapat akan saya mulai. Ada yang tau dimana Kevin?” Tanya ketua OSISku yang tak lain adalah kak Ninda. Semua pengurus hanya geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan itu. Mereka semua menoleh ke arahku, seakan menunggu jawaban. “Nad, dimana Kevin?” Tanya Kak Ninda halus sambil menatapku. “Aku nggak tau, kak” jawabku sekenanya. Kak Ninda hanya geleng-geleng kepala.

Setelah setengah jam rapat dimulai, terdengar suara pintu ruangan dibuka. Semua konsentrasi terpecah, mata tertuju pada sebuah pintu yang ada dipojok ruangan. Terlihat Kevin melongokkan kepalanya kedalam ruangan lalu masuk dengan langkah tergesa “Maaf kak, tadi jam terakhir saya Bu Sarah.” Kata Rehan dengan nafas yang tersengal-sengal. Seperti habis lari marathon dari Jakarta ke Surabaya. “Baiklah, silahkan duduk.” Jawab Kak Ninda santai. Kak Ninda memang orang yang baik, tapi dalam keadaan tertentu, Kak Ninda bisa terlihat sangat galak dan tegas. Ruangan OSIS kembali tenang. Semua terlihat menyimak penjelasan Kak Ninda tentang acara pensi yang akan diadakan 3 bulan mendatang. Sebagai perpisahan siswa siswi kelas 3.
“Nad, Sya. Segera buatkan proposal untuk kepala sekolah. Dan konsep proposal untuk band yang akan kita undang. Bendahara, tolong buatkan data tentang sponsor dan kemungkinan dana yang bisa kita dapatkan. Humas, cari tahu informasi tentang band apa yang diinginkan para siswa siswi SMAVEAN. Para ketua koordinator segera minta tugas kepada Kevin selaku wakil. Rapat hari ini saya tutup. wassalam” kata kak Ninda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar