Halaman

Rabu, 09 Maret 2011

just my mind (part 4)

maaf nih, baru bisa posting.. hehe
lagi pula, ceritanya juga masih belom aku lanjutin..
ini ada sedikit lanjutan..



Aku dan Kesya segera membereskan buku note kita masing-masing. Aku pun keluar dengan mata yang benar-benar sudah ingin terpejam. Kesya hanya sedikit menoleh kepadaku dan sedikit tersenyum melihat kelakukanku itu. Kami berjalan beriringan menuju pintu gerbang. Di depan gerbang sudah terparkir mobil berwarna merah milikku. Itu hadiah dari nenek ketika aku berhasil masuk SMA ini dengan nilai yang memuaskan. Kami berdua masuk kedalam mobil sampai akhirnya Kevin berteriak memanggilku. “Nad, Nadia. Tunggu dong” Kevin berlari menghampiriku yang masih berada di sebelah pintu mobil. “apa?” jawabku seketus mungkin. Kevin terlihat masih membungkuk di depanku untuk mengatur nafasnya. “Nih, buat kamu” Kevin menyerahkan sebuah kotak yang telah dibungkus kertas kado berwarna biru. Aku menerimanya dan bertanya “apa ini?”, Kevin mulai berdiri tegak kembali. Dia menatapku dengan mata coklatnya. Aku langsung melepaskan pandangan darinya, aku ingin melupakannya. “buka aja sendiri nanti” jawab Kevin sambil berlalu dari hadapanku. Aku masih terus memandanginya dari belakang dengan tas hitam yang ia kenakan. Aku nggak percaya dia sekarang sudah bukan pacarku lagi, fikirku kemudian. Aku masuk kedalam mobil. “Pulang, pak”
Didalam mobil, aku kembali membuka catatanku hari itu

 Upacara hari senin besok, pengumuman bahwa aku juara.
 Kesya ingin berbicara denganku pada jam malam
 Pr mengarang Bu Delia min 50 halaman
 Buat proposal untuk kepsek
 Buat konsep proposal untuk band yang diundang

Sesampainya dirumah, aku dan kesya langsung masuk ke kamarku. Mengambilkan baju ganti untuk Kesya dan aku sendiri. Kami pun mengganti baju seragam sekolah kami dengan baju rumah. Kemudian duduk berdua di atas karpet yang ada di kamarku. “Sya, dari Kevin” kataku sambil menyerahkan kotak tadi pada Kesya. “buka dong” Kesya menatapku sambil tersenyum. Tanganku mulai membuka kotak itu, jantungku mulai berdebar. Bertanya-tanya tentang apa isi kotak tersebut. Isinya adalah sebuah boneka cat marrie, dengan sebuah surat didalamnya. Aku membuka surat itu.
“Tell me why. You’re so hard to forget. Memories, Supposed to fade. What’s wrong with my heart? Maybe i regret. How i let you go.”

Aku merasa sedikit sedih membaca surat itu. Rasanya ingin berbicara didepannya bahwa aku juga masih menyanyanginya. Tetapi, aku juga tidak ingin dia celaka. “Nad? Apa isinya? Setelah putus dengan Kevin kamu jadi sering melamun ya?” Tanya Kesya membuyarkan semuanya. Aku menyerahkan surat itu kepada Kesya untuk dibacanya. “Nad, jujur sama aku. Kamu masih sayang Kevin kan, Nad?” aku hanya diam seribu bahasa. Aku bingung untuk menanggapi semuanya. Aku bingung harus melakukan apa untuk membuat semuanya selesai dan tanpa air mata lagi. “Nadira…” panggil Kesya kembali. Aku menoleh kepada Kesya dan kemudian beranjak berdiri dari tempat itu. Berjalan menuju meja didekat kasur. Mengambil fotoku dengan Kevin ketika kita masih bersama. Memandanginya lekat-lekat dan akupun menangis. Kesya mendekatiku, dia berusaha menenangkanku selayaknya seorang sahabat ketika melihatnya sahabatnya menangis.

Drrrtt drrrttt…. Drrtt drrrtt.. handphoneku bergetar. Aku menyeka air mataku dan melihatnya. Terdapat tulisan “Kevin Calling” aku hanya memandanginya sesaat. Dan menekan tombol hijau yang ada disitu. “Hallo” kataku kemudian. “sudah dibuka Nad? Gimana? Suka?” tanyanya padaku. Aku diam dan menoleh untuk melihat kembali boneka cat marrie yang tergeletak diatas karpet. “suka, makasih” jawabku sedingin mungkin. Aku tidak ingin Kevin mendengar suara sesenggukanku karna habis menangis. “jutek amat sih, Nad? Jangan gitu ah.. suara kamu makin jelek tau.. Hahaha” rayu Kevin sambil tertawa. Akupun hanya berusaha tersenyum mendengar lelucon, yang sebenarnya benar-benar tidak lucu bagiku. “Nad, kok diem aja sih? Ngomong dong.. Sariawan nih?” aku tetap diam hanya melamun memandangi awan biru dan rerumputan hijau di kebun yang berada di samping rumahku. Aku meandangi itu semua lewat jendela kamarku. “Nadia nih.. gak seru deh.. kenapa sih?? Ngomong sedikit gitu. Aku tutup nih telephonenya kalau nggak mau ngomong” rayu Kevin lagi. Tapi aku tetap diam dan tidak menghiraukannya. Akhirnya Kevin pun memutuskan untuk mengakhiri telephone tersebut. Aku pun melempar handphone secara sembarangan kearah tempat tidur lalu berbaring disebelah Kesya, dan kemudian kami berdua tertidur.

“Non Nadia, sholat dulu non..” kata mbak Mirna membangunkan sambil menggoyang-goyangkan kakiku. Aku pun terbangun dan melihat jam dinding yang ada diatas televise kamarku. Jam 2 siang, fikirku. “ya mbak, Nadia bangun” aku membuka selimut dan menggoyang-goyangkan Kesya untuk menyuruhnya sholat. “Sya, bangun dong. Sholat dulu yuk.” Kesya pun terbangun dan berkedip-kedip. Tanda dia masih mengantuk. “kamu duluan aja deh, Nad.” Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan duduk di tepi ranjang. “nanti kalau sudah sholat, langsung makan ya, non” aku hanya mengangguk tanda mengiyakan. Mbak mirna pun keluar dan menutup pintu kamarku. Aku berdiri dan memasuki kamar mandiku untuk berwudlu. Mengambil mukena dari dalam lemari, dan kemudian melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar