Halaman

Sabtu, 22 Januari 2011

just my mind (part 1)

“Ersal” mendengar namaku dipanggil aku langsung celingak-celinguk mencari asal suara tersebut. Ternyata bu Marta guru pembina matematikaku yang memanggil. Akupun langsung bergegas mendekati bu Marta. “Ada apa bu?” tanyaku setelah berada tepat didepan bu Marta. Tapi, bu Marta hanya tersenyum dan kemudian berbicara “Selamat ya Ersal, kamu juara lagi”. Aku yang mendengar hal itu langsung meraih tangan bu Marta dan mendaratkannya di dahiku “Terimakasih bu, saya menang juga berkat bantuan dan dorongan dari bu Marta” ucapku kemudian sambil tersenyum lebar. Bu Marta tersenyum lagi lalu memberitahuku sesuatu “Kabar ini akan tersebar pada waktu upacara hari senin besok. Jadi siap-siap ya”. Setelah mendengarnya, aku langsung lesu. Kenapa setiap kali ada yang memenangkan suatu kejuaraan selalu saja diumumkan. “Baiklah bu. Terimakasih atas informasinya.” Kataku seraya pergi meninggalkan bu Marta didepan ruang guru.



Kita belum kenalan ya? Kenalkan namaku Ersal Nadira. Seorang siswi SMA 12 Bandung yang selalu beruntung karna bisa memenangkan beberapa kejuaraan matematika. Kalian pasti berfikir bahwa aku adalah cewek cupu berkacamata tebal yang selalu mendekap buku kemanapun aku pergi, dan kerkepang dua. Sayangnya tebakan kalian semua salah. Aku cukup dikenal dengan nama Nadira. Ersal hanya panggilan guru-guru terhadapku. Tinggiku yang mencapai 168 membuatku lebih tinggi daripada teman-temanku yang lain. Berat badanku hanya 48. Rambutku yang panjang selalu kugerai ke belakang. Fisikku yang seperti itu membuatku dikagumi beberapa cowok di sekolah. Aku mengikuti ekstra kulikuler basket dan paduan suara. Aku juga mengikuti sebuah organisasi yang biasa dikenal dengan sebutan OSIS. Kalian pasti berfikir, betapa perfectnya diriku. Tapi terkadang ada beberapa hal yang membuat aku iri pada teman-temanku yang lain. Yaitu ketika mereka ditelephone ibu mereka dan disuruh untuk cepat-cepat pulang kerumah. Ya, seperti yang kalian tau. Aku adalah anak broken home. Dan sekarang aku hanya tinggal dengan nenekku disebuah perumahan elite yang ada di Bandung. Akupun sering mengajak para sehabatku untuk bermalam dirumahku. Karna kalian pasti bisa membayangkan betapa sepinya rumah yang hanya dihuni oleh aku, nenekku dan beberapa pembantu.

“Hai, Nad” sapa Kesya dari belakang. Tentu saja hal itu membuatku kaget. “Aduh Sya, kenapa kamu selalu membuatku kaget sih?” tanyaku agak kesal, karna Kesya melakukan hal ini sudah berulang kali. “Sorry deh Nad. Maafkan sahabatmu yang imut ini. oke” tangan Kesya sudah melingkar di tangan kiriku, dan mencoba merayuku agar memaafkannya. Kesya pasti tidak akan melepaskan tangannya sebelum aku memaafkannya. “iya, iya. Sekarang, lepasin tanganmu dari tanganku Sya” akupun mencoba melepaskan tangan Kesya dari tanganku sendiri. Kesya tertawa dan akhirnya melepaskan tangannya.
Setelah sampai di dalam kelas, aku kaget karna ternyata semua teman sekelasku yang sudah datang , melingkari mejaku. Aku dan Kesya saling berpandangan. “Hey, hey. Yang punya bangku udah datang nih” teriakan Kesya membuat semua orang yang tadi melingkari bangkuku. Beranjak pergi dan duduk dibangku mereka masing-masing. Ternyata, dibangku milikku ada sekotak coklat dan setangkai bunga mawar dengan surat beramplop biru diatasnya. Aku berjalan dan duduk dibangku. Kemudian bertanya kepada dua sahabatku yang duduk tepat didepan bangkuku dan Kesya. “Siapa yang ngirim ini?”. Mereka berdua hanya geleng-geleng kepala “coklat ini udah ada waktu aku datang” kata Nella yang biasa datang pagi. “buka suratnya aja Nad” saran Shela kemudian. Akupun membukanya dan kemudian membaca dengan teliti.

Ketika cinta mengungkapkan kejujuran. Dia tidak akan berbohong. Dia hanya akan mendamba untuk mendapat suatu kesempatan untuk mencinta sekali lagi. Cinta pertama adalah kenangan. Kedua menjadi pelajaran. Dan seterusnya menjadi suatu keperluan. Cinta tidak memandang harta dan martabat. Yang kupunya hanyalah kesetiaan dan ketulusan hati. Cinta memang manis tapi tidak semanis ketika kamu membuatku menangis dan nggak seindah ketika kamu ucapkan pisah. Cinta memang tak harus memiliki, tapi hati ini tersa perih ketika kamu ada yang memiliki. Kalau cinta putus dijalan. Hati kita pun pasti akan takluk karna goresannya. Dan membuat diri kita tersiksa karna bayangan sang kekasih. Aku tak bisa menahanmu untuk tak pergi dariku. Bahkan, air matakupun tak sanggup untuk memintamu kembali. Apa salahku hingga ku sudah tak layak mendapatkan cintamu. Karna ku tak sanggup jika berdiri sendiri tanpamu.

Kekasih yang menunggumu.

“Gimana Nad?” Tanya Shela penasaran. “nih, baca aja sendiri” kataku sambil melempar kertas berisi kata-kata yang membuatku sebal pada pengirimnya. Ketika selelsai membaca, mereka langsung tau bahwa itu adalah surat dari Kevin, mantan pacarku. “Nad, dia masih sayang sama kamu deh.” Ucap Nella hati-hati. Itu dilakukan agar aku tidak tersinggung “Aku tau Nell, aku cuma nggak mau dia babak belur lagi karna pacaran sama aku. Apa itu salah?”

(belum selesaii nih.. nanti aku posting lagi.. ^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar